Poliklinik Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Depok kini ditutup untuk 14 hari ke depan. Penutupan RSUD tersebut merupakan imbas dari banyaknya perawat di sana yang positif Covid 19. Penutupan poliklinik dilakukan guna menghindari peluang penularan Covid 19 dari perawat ke pasien umum alias pasien non Covid 19.
Puluhan perawat di RSUD Kota Depok terinfeksi Covid 19. Ada sebanyak 15 perawat yang dinyatakan positif Covid 19 pada Kamis (21/5/2020), sebelumnya sudah ada 9 orang. Para perawat itu diduga tertular dari pasien corona yang tidak menunjukkan gejala.
Kini 15 perawat tersebut menjalani isolasi di RSUD agar menghindari penularan ke keluarga. Hal itu diungkapkan oleh Direktur RSUD Kota Depok, Devi Maryori. Beberapa ruangan sudah disiapkan untuk tempat isolasi para perawat yang terinfeksi.
"Ada beberapa ruangan yang sudah kami siapkan bilamana ada tenaga kesehatan sakit. Semua tenaga kesehatan yang positif saya minta untuk dirawat di RSUD. Arahan Gugus Tugas juga seperti itu, supaya mengantisipasi penularan ke keluarganya," jelas Devi ketika dihubungi pada Jumat pagi.
Sejauh pelacakan kontak, kemungkinan penularan telah terjadi selama beberapa pekan tanpa diketahui lantaran melibatkan orang orang tanpa gejala. Sebanyak 15 perawat yang tempo hari terkonfirmasi positif Covid 19 sudah terjangkit virus corona sejak 2 pekan lalu saat mereka dites swab (pengambilan sampel lendir tenggorokan). Kelima belas perawat itu dites swab lantaran sempat berkontak dengan 9 perawat lain yang sudah terlebih dulu dinyatakan positif Covid 19.
"Jadi intinya, sebelumnya sudah ada juga (perawat) yang positif karena screening rapid test. Dari rapid test, kami lanjutkan ke swab, ada beberapa yang positif, awalnya 9 (perawat)," jelas Devi kepada Kompas.com. "Kami lakukan tambahan swab ke mereka yang berkontak dengan yang positif, akhirnya dapatlah yang 15 ini," lanjut dia.
Sebanyak 24 perawat itu tidak menampakkan gejala sakit meskipun tubuh mereka rupanya sudah dimasuki virus corona. Pertanyaannya, dari mana 9 perawat pertama tertular Covid 19? "Tidak jelas. Perawat di sini sudah melakukan pelayanan sesuai dengan protokol kesehatan, sesuai zonasi.
Akan tetapi, diduga bisa saja ada pasien pasien yang OTG (orang tanpa gejala), yang tidak jujur kepada perawat," ungkap Devi. "Kita kan enggak tahu. Sekarang banyaknya kan OTG. Pasien itu sepertinya sehat, tapi ternyata dia menularkan. Itu baru dugaan," lanjut dia.
Devi menjelaskan, total 24 perawat di RSUD Kota Depok yang positif Covid 19 tidak ada yang melayani pasien positif di zona Covid 19. Mereka bertugas di poliklinik yang buka 3 kali sepekan dan menerima pasien non Covid 19. Sesuai protokol layanan di poliklinik, kata Devi, para perawat hanya diwajibkan mengenakan alat pelindung diri (APD) level 1.
Sebagai perbandingan, para perawat pasien positif Covid 19 harus menggunakan APD level 3 dengan tabir wajah (faceshield), masker N95, dan baju hazmat coverall. Dari sana, Devi menduga bahwa sumber penularan Covid 19 terhadap para perawatnya berawal dari pasien OTG Covid 19 yang dirawat dengan protokol pasien umum. Wali Kota Depok Mohammad Idris mengaku akan mengevaluasi operasional Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Depok, sehubungan dengan kejadian ini.
Salah satu aspek yang akan dievaluasi benar adalah ketersediaan dan protokol penggunaan alat pelindung diri (APD) bagi para perawat. "Langkah ke depan, kalau benar benar harus dibuka poli (non Covid 19) untuk kebutuhan pasien, nanti kita lengkapi semua tenaga kesehatan nya APD lengkap. Ini jadi pelajaran juga buat kami," jelas Idris kepada wartawan, Jumat.
Idris menambahkan, ia dan jajaran juga akan berdiskusi mengenai evaluasi poli poli yang diizinkan beroperasi di RSUD Kota Depok. Sebelumnya, beberapa poli non Covid 19 di RSUD Kota Depok memang tetap buka untuk melayani pasien dengan keluhan dan riwayat penyakit lain, namun tak melayani rawat inap dan tak buka setiap hari. "Rencana kami, beberapa poli yang tidak signifikan kami tutup, tapi yang signifikan kita buka,
Misalnya untuk menangani ODHA (orang dengan HIV/AIDS) dan spesialis penyakit dalam yang memang rutin, utamanya jantung dan sebagainya," ungkap Idris. Sementara itu, Devi menekankan evaluasi pada mekanisme penapisan/screening awal pasien. Sebab, kembali lagi, ia menduga bahwa sumber penularan Covid 19 terhadap 24 perawat di RSUD Kota Depok akibat pasien di poliklinik.
Peristiwa ini setidaknya menunjukkan bahwa ada masalah dalam mekanisme penapisan, baik screening yang kurang ketat atau pasien yang kurang jujur. "Di awal screening, lebih meng anamnesa (pemeriksaan riwayat pasien) untuk bertanya soal kontak mereka, bagaimana aktivitasnya, kerjanya, dan keluarganya, screening lebih ketat," ujar Devi. "Kami minta pasien pasien secara jujur mengatakan bahwa dia ada gejala atau dicurigai PDP (pasien dalam pengawasan)," lanjut dia.