Alat Pelindung Diri (APD) untuk tim medis yang mengobati pasien PDP Virus Corona atau yang sudah positif Covid 19 menjadi perlengakapan yang sangat dibutuhkan saat ini. Sayangnya, APD kini terbatas dan beberapa APD yang digunakan, sifatnya hanya sekali pakai. Belum lagi, harganya sangat mahal.

Di Sumatera Selatan sendiri, dalam upaya pengobatan pasien PDP Virus Corona atau Covid 19, tenaga medis kekurangan APD. Dan, Sumsel dikabarkan sudah mendapat kiriman bantuan APD dari pusat. Gubernur Sumatera Selatan (Sumsel) Herman Deru mengakui jika Alat Pelindung Diri (APD) untuk tim medis yang melakukan perawatan terhadap Pasien Dalam Pengawasan (PDP) Virus Corona atau PDP Covid 19 sangat kurang.

Deru mengatakan, pemerintah pusat telah mengadakan sebanyak 1.050 APD. Namun, seluruh APD tersebut lebih banyak diperuntukkan untuk Jawa dan Bali yang merupakan wilayah terjangkit paling banyak. "Tapi pemerintah daerah diberi keleluasaan mencari sendiri (APD), kita sangat kurang.

Tapi tadi juga ada ide, APD kan pelindung diri, dalam kondisi darurat juga bisa menggunakan sarung tangan plastik dan memakai jas hujan," kata Deru, saat menggelar konfrensi pers, Selasa (24/3/2020). Menurut Deru, walaupun telah naik status dari waspada menjadi siaga, produktivitas di Sumatera Selatan masih berlangsung normal. Hanya saja, masyarakat diminta untuk mengikuti anjuran dari pemerintah untuk menjaga jarak, serta melakukan pola hidup sehat.

"Upaya pemerintah mencegah dan tangkal Covid 19 untuk menjaga ekonomi tetap stabil. Kita jangan sampai produktivitasnya terganggu," ujarnya. Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sumsel Lesty Nuraini mengatakan, dari total 1.050 APD tersebut, mereka mendapatkan sebanyak 30 set. Dengan jumlah yang terbatas tersebut, APD lebih diprioritaskan untuk tenaga medis yang menangani pasien PDP Virus Corona.

"Di empat rumah sakit, jumlah APD kita sangat minim sekali. Tetapi untuk sekarang masih bisa menampung semua, tapi jangan merasa aman, kita masih minta bantuan ke pusat. kita mau membeli barangnya juga sekarang tidak ada, "ujarnya. Dilanjutkan Lesty, untuk rapid test nanti, tenaga medis yang menangani pasien PDP akan lebih diprioritaskan.

Sehingga mereka bisa mengetahui apakah ikut terjangkit Covid 19 atau tidak. "Orang yang punya kontak pada PDP juga diprioritaskan untuk rapid test, supaya tahu kondisinya bagaimana.