Data Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan terkait wabah Virus Corona (COVID 19) menjadi perhatian presenter Mata Najwa, Najwa Shihab. Najwa melihat adanya hal yang janggal saat Anies memaparkan data kasus COVID 19 di Jakarta. Ia menyoroti adanya perbedaan data antara yang diumumkan oleh Anies, dengan data milik pemerintah pusat.

Dikutip dari acara Mata Najwa, Rabu (18/3/2020), awalnya Najwa mempertanyakan Anies terkait perkembangan penanganan COVID 19 di ibu kota. Anies mengakui semakin hari, kasus di Jakarta kian meningkat. "Jadi memang di Jakarta angkanya meningkat sangat pesat," jelasnya.

Anies mengatakan telah terjadi lonjakan yang signifikan, yakni dari 115 orang dalam pemantauan (ODP) di tanggal 29 Februari, ke angka 862 ODP pada Rabu (18/3/2020). Ia lalu lanjut menjelaskan soal angka kasus positif di Jakarta yang telah mencapai 160 kasus, dan 15 di antaranya telah meninggal karena COVID 19. "Angka kematian juga di Jakarta ini cukup tinggi, dari total saat ini ada 160 orang yang positif, dari 160 positif ini kita memiliki angka 15 orang yang meninggal," papar Anies.

"Ini adalah situasi yang bukan mengenakkan, tapi kita semua di Jakarta mencoba melakukan semua langkah yang kita kerjakan," sambungnya. Seusai Anies memaparkan data terkait jumlah pasien dan jumlah kematian kasus COVID 19, Najwa langsung memotong penjelasan dari Anies. Najwa meminta penjelasan dari Anies soal datanya yang berbeda dengan data dari pemerintah pusat.

"Mas Anies maaf saya harus potong, karena saya ingin mengklarifikasi, karena angka yang kami peroleh dari konferensi pers tadi, itu yang meninggal di Jakarta, 12 orang Mas Anies," ujarnya. "Anda katakan malam ini di Mata Najwa, sesungguhnya yang meninggal 15, bukan 12," tegas Najwa. Anies mengatakan apa yang telah disampaikannya data yang valid, dan juga telah dikoordinasikan dengan pemerintah pusat melalui BNPB dan Kementerian Kesehatan.

"Iya betul, yang meninggal per hari ini adalah 15, dan itu datanya sore tadi kita kirimkan juga ke Kementerian Kesehatan, kita sampaikan," kata Anies. "12 itu hari Senin, dan pada hari Senin saya sendiri mengirimkan surat kepada Kepala BNPB, dengan tembusan kepada Kementerian Kesehatan, laporan tertulis tentang kasus yang ditangani di Jakarta," sambungnya. Najwa lalu kembali memotong Anies, ia membuka perbedaan data antara milik Anies dengan pemerintah pusat.

Data yang berbeda adalah kasus positif COVID 19, dan jumlah pasien meninggal dunia di Jakarta. "Tadi versi pemerintah pusat yang positif 125, sementara sesungguhnya yang anda katakan yang positif lebih banyak dari itu, 160," jelas Najwa. "Jadi apakah memang perbedaan data ini hanya tidak koordinasi, atau ada yang menutupi data, saya tahu Anda tidak akan mau menjawab itu."

Anies tidak menjawab cecaran pertanyaan dari Najwa terkait datanya yang berbeda dengan pemerintah pusat. "Tapi saya hanya ingin pemirsa tahu, yang jelas saat ini ada perbedaan data dari yang diumumkan pemerintah pusat yang menyebutkan di DKI yang meninggal hanya 12, sementara Anda tadi sebutkan yang meninggal 12," tandasnya. Dikutip dari Kompas.com, Rabu (18/3/2020), jumlah kasus positif COVID 19 di Indonesia telah mencapai angka 227 orang, 11 sembuh, dan 19 orang meninggal.

Berikut adalah data pasien yang meninggal dunia karena COVID 19 berdasarkan pernyataan juru bicara pemerintah untuk penanganan Virus Corona Achmad Yurianto Juru bicara pemerintah untuk penanganan wabah Virus Corona Achmad Yurianto mengatakan kenaikan jumlah pasien positif COVID 19 masih akan terus terjadi untuk beberapa waktu ke depan. Pernyataan tersebut ia sampaikan saat memberikan Konferensi Pers Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid 19, Rabu (18/3/2020).

Menghadapi lonjakan pasien yang diprediksi akan semakin drastis, Yuri mengatakan pemerintah telah mempersiapkan cara untuk menanggulangi banyaknya pasien positif COVID 19. Dikutip dari YouTube tayangan langsung BNPB Indonesia , Rabu (18/3/2020), awalnya Yuri menjelaskan mengapa jumlah pasien positif COVID 19 akan terus meningkat. Ia menyebutkan ada dua faktor naiknya kasus COVID 19, yakni hasil dari pelacakan atau contacttracing yang dilakukan oleh pemerintah.

Faktor lainnya adalah kesadaran dari masyarakat yang mulai memeriksakan diri mereka ketika merasa ada yang tidak beres dengan kondisi kesehatan mereka. "Perkembangan secara keseluruhan memang pada saat ini sedang akselerasi untuk menjadi semakin naik, jumlah penderita," kata Yuri. Yuri mengatakan naiknya jumlah pasien positif COVID 19 masih berada dalam kondisi yang wajar, dan sudah diperhitungkan.

"Ini kita maklumi, dan ini juga menjadi gambaran yang lazim di beberapa negara lain, terkait dengan fase fase awal munculnya kasus positif COVID ini," jelas Yuri. Ia menambahkan pemerintah optimis pada April nanti, situasi penanganan wabah COVID 19 di Indonesia sudah dapat terkendali. "Diharapkan pada bulan April kita sudah mulai bisa melihat hasilnya, dan kita berharap bahwa ini akan sudah mulai terkendali," ujar Yuri.

"Saat sekarang memang betul sedang naik." Contact tracing kita lakukan secara intens." "Kedua adalah kesadaran dari seluruh masyarakat," lanjutnya.

Yuri mengatakan dalam rangka mempersiapkan lonjakan pasien yang begitu banyak, pemerintah akan mempersiapkan berbagai fasilitas kesehatan untuk memastikan seluruh kasus dapat ditangani dengan baik. "Ini sebuah tantangan besar bagi kita bersama, pada saat keingintahuan masyarakat semakin meningkat, tentunya sarana, fasilitas untuk agar mereka tahu melalui laboratorium, itu juga harus kita tingkatkan," papar Yuri. "Kalau tidak demikian maka akan terjadi gap (jarak), dan ini akan menimbulkan permasalahan."

"Ini yang akan kita lakukan di dalam minggu minggu ke depan," imbuh Yuri.