Para mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya kembali mengukir prestasi berkilap. Kali ini mereka berhasil menjuarai kompetisi nasional yang digelar oleh Universitas Diponegoro. Tim yang diwakili oleh tiga orang mahasiswa Teknik Instrumentasi ini meraih juara 1 pada cabang lomba Gagasan Kreatif Teknologi Terapan yang mengusung tema Karya Teknologi Pendukung Perlawanan COVID 19.
Adalah Danu Wahyu Ramadhan, Tony Yurisetyo dan Dicka Desta Pratama, para mahasiswa yang menggagas inovasi teknologi bernama SEPIA: Sistem Pengendalian Infeksi Airborne Disease COVID 19 pada Healthcare Suite Berbasis Internet of Things. Gagasan SEPIA memukau para juri di ajang Creadenations 2020 yang digelar secara daring itu. Danu, selaku ketua tim, menjelaskan bahwa SEPIA merupakan sebuah rancangan inovasi teknologi yang dapat mengendalikan kondisi udara di dalam ruang perawatan pasien COVID 19.
Apa perlunya mengendalikan kondisi ruang perawatan pasien COVID 19? Dia menjelaskan bahwa berdasarkan hasil penelitian yang ia baca virus corona berpotensi menular melalui partikel partikel kecil yang berterbangan di udara. “Karena virus ini berpotensi menular melalui udara, maka kondisi suatu ruang perawatan harus diatur sedemikian rupa agar tidak lembab dan memiliki sirkulasi udara yang baik”, terangnya. Berbekal pengetahuan yang mereka dapatkan selama belajar di Teknik Instrumentasi ITS, ia bersama kedua rekannya, Tony dan Dicka, menggagas serangkaian alat yang mampu mengatur suhu, kelembapan, tekanan dan sirkulasi udara secara otomatis. Selain dapat mengontrol kondisi udara secara otomatis, SEPIA digagas memiliki banyak keunggulan lain. Pengendalian dan monitoring dapat dilakukan dalam jarak jauh yakni melalui perangkat komputer maupun aplikasi di telepon genggam. SEPIA juga memanfaatkan HEPA Filter yang diletakkan pada saluran sirkulasi udara sebagai penyaring partikel partikel kecil dalam udara.
Tak hanya memberikan solusi dalam hal pencegahan penularan, mereka juga menyoroti permasalahan yang timbul dari membeludaknya pasien terinfeksi COVID 19. Keterbatasan kapasitas rumah sakit di beberapa daerah menyebabkan pemerintah terpaksa memanfaatkan berbagai gedung sebagai ruang perawatan dadakan bagi pasien COVID 19. “Tentu saja ruang tersebut tidak memenuhi standard penanganan penyakit menular berbahaya karena ruang atau gedung tersebut memang semula tidak diperuntukkan untuk layanan kesehatan," kata mahasiswa semester 6 ini.
Melihat hal tersebut, mereka mendesain SEPIA dapat bersifat portable dan modular sehingga mudah diaplikasikan di segala ruang. Sebagai pendukung penerapan SEPIA, mereka juga membuat rancangan healthcare suite sebagai ruang perawatan pasien COVID 19 dari box container dan tenda. Melalui desain tersebut, tim ini mampu menunjukkan secara gamblang bagaimana gagasan mereka layak dan sangat mungkin diaplikasikan dalam situasi pandemi ini.
Dalam rancangannya, healthcare suite dilengkapi dengan CCTV dan alarm sebagai sistem keamanan yang terintegrasi dalam SEPIA. Tak sampai disitu, tiga serangkai yang kerap menjuarai lomba ini juga telah melakukan survey untuk mengetahui respon masyarakat terhadap gagasan SEPIA milik mereka. “Dari 116 responden, sebanyak 60,5% merespon setuju SEPIA diterapkan untuk penanganan COVID 19”, imbuhnya. Setelah menyaksikan pengumuman pemenang melalui live streaming di kanal Youtube Universitas Diponegoro pagi ini (01/07), mereka berharap gagasannya dapat menginspirasi dan membantu pemerintah dalam menyiapkan sarana penangan COVID 19 di Indonesia. ( )