Dokter spesialis paru paru Erlina Burhan menanggapi isu Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang disebut akan dilonggarkan. Seperti diketahui, sejumlah daerah menerapkan PSBB demi menghambat penyebaran Virus Corona (Covid 19). Larangan mudik juga telah disampaikan pemerintah untuk mengurangi transmisi virus antardaerah.

Dr Erlina Burhan menegaskan tidak setuju terkait wacana pelonggaran PSBB. Ia menyoroti jumlah kasus baru per harinya yang masih sangat tinggi. "Ini jumlah kasus per hari masih 300 an, lho. Kita ambil angka yang cukup rendah," kata Erlina Burhan.

Menurut dia, saat ini belum saatnya melonggarkan PSBB. "Kalau PSBB dilonggarkan, saya membayangkan jumlah kasus akan terus naik," jelas Erlina. "Kalau terus naik, nanti seperti ada puncaknya. Kalau puncaknya terlalu tinggi, kita semua enggak sanggup," lanjutnya.

Dr Erlina menuturkan kemampuan tenaga medis saat ini sudah sangat minimal. "Kalaupun sanggup, wah, itu sudah pontang panting," ungkap Erlina. Ia kemudian menyinggung kasus yang pernah dibacanya di Italia.

Seperti diketahui, Italia menghadapi pandemi yang cukup parah, yakni dengan penambahan kasus positif mencapai seribu pasien per harinya. "Saya pernah baca seperti suatu ketika di Italia, dokter itu playing God ," ungkap Erlina. "Pada saat pasien banyak yang datang, dokternya memilih, 'Ini akan meninggal, tidak dilayani'," lanjut dia.

"Ini probabilitas kesembuhannya cukup baik, ini yang diselamatkan," tambah dokter spesialis ini. Menurut dia, hal semacam itu terjadi akibat tingginya jumlah pasien. "Kita enggak mau itu terjadi di sini," tegas Erlina.

Ia berharap pemerintah dapat mempertimbangkan kemampuan tenaga medis yang saat ini menjadi garda terdepan melawan Virus Corona. "Jadi mohon kiranya para pengambil kebijakan memikirkan juga hal ini," kata Erlina. "Kami enggak punya pilihan, kalau ada pasien kami harus melayani karena itu tugas kami," paparnya.

Menurut dia, kemampuan tenaga medis akan ada batasnya. "Tapi kemampuan kami juga ada batasnya. Kalau pasien sangat banyak, artinya banjir pasien, kita tidak bisa memberikan pelayanan yang optimal," jelas Erlina. "Kasihan pasien, kasihan keluarga," tutupnya.

Pengamat kebijakan publik Agus Pambagio menyoroti pentingnya sanksi tegas pada Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Seperti diketahui, sejumlah daerah telah menerapkan PSBB untuk menekan pertumbuhan kasus positif Virus Corona (Covid 19). Meskipun bertujuan menghambat penyebaran virus, banyak masyarakat yang nekat melanggar aturan demi mencari nafkah.

Seperti diketahui, PSBB turut menimbulkan dampak karena aktivitas ekonomi tidak dapat berjalan seperti biasanya. Menanggapi hal itu, awalnya Agus Pambagio menyinggung bagaimana usaha kecil terdampak dengan adanya PSBB. "Lalu bagaimana para pengusaha baik informal, kecil, UMKM bagaimana? Ya negara harus urus," tegas Agus Pambagio.

"Kalau tidak mereka tidak hidup," tambahnya. Ia mendorong ahli ekonomi dan ahli kebijakan memberi saran kepada pemerintah. Menurut Agus, hal yang terpenting adalah pertumbuhan kasus positif Virus Corona di Indonesia mulai menurun.

"Yang penting sekarang adalah tidak ada pertumbuhan lagi," kata Agus. Ia menyebutkan jika PSBB dilonggarkan saat ini, kemungkinan kasus positif akan kembali meledak. "Kalau itu terus naik, kita belum sampai puncaknya, tiba tiba akan diubah atau dilonggarkan," kata Agus Pambagio.

"Saya tidak bisa membayangkan bagaimana ledakan itu terjadi," lanjut pengamat tersebut. Agus kemudian memuji langkah Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa. Seperti diketahui, Surabaya saat ini tengah melaksanakan PSBB.

"Karena di PSBB itu umumnya sanksi tidak dikenakan, saya senang sekali ketika tadi Bu Gubernur Jawa Timur mengatakan sanksinya akan dikenakan," ucap Agus. "Harus begitu," tegasnya. "Sebuah peraturan atau kebijakan, tidak ada sanksinya sama saja bohong," lanjut Agus Pambagio.

Ia menilai hal tersebut perlu agar masyarakat Indonesia dapat disiplin. "Apalagi untuk orang Indonesia yang tidak bisa diminta tolong, dimohonkan. Tidak bisa," papar Agus. "Kalau tidak dikenakan sanksi, mereka akan suka suka saja. Ngumpul ke mana mana," tambahnya.

Ia menyebutkan baru saja menyaksikan jalanan di Jakarta sudah mulai macet, padahal PSBB masih berlaku. "Di Jakarta tadi pagi saya pergi dengan kendaraan, macet," kata Agus. "Belum dilonggarkan sudah macet. Warung warung sudah buka," paparnya.